Beranda | Artikel
Penjelasan Kitab Tajilun Nada (Bag. 28): Irab Taqdiri
10 jam lalu

Ibnu Hisyam rahimahullah mengatakan,

فَصْلٌ: يُرْفَعُ الْمُضَارِعُ خَالِيًا مِنْ نَاصِبٍ وَجَازِمٍ، نَحْوُ: يَقُومُ زَيْدٌ

“Fi‘il mudhari’ berstatus marfu‘ apabila tidak didahului oleh amil nashab dan amil jazm, sebagaimana contoh:

يَقُومُ زَيْد

 “Zaid berdiri.”

Dalam pembahasan i‘rab, tanda-tanda i‘rab pada asalnya berupa harakat yang tampak. Akan tetapi, pada sebagian lafaz tertentu, tanda i‘rab tersebut tidak dapat ditampakkan, sehingga harakatnya disembunyikan atau diperkirakan (muqaddarah), seperti pada kata:

غُلَامِي

“Anak laki-lakiku.”

 الْفَتَى

“Pemuda.”

Kata kedua dinamakan isim maqsur.

Pembagian tanda i‘rab

Telah berlalu pembahasan bahwa tanda-tanda i‘rab terbagi menjadi dua macam:

Pertama: Tanda zahir, yaitu tanda i‘rab utama yang tampak pada akhir kata.

Kedua: Tanda muqaddarah, yaitu tanda i‘rab yang disembunyikan atau dilesapkan.

Perkataan Ibnu Hisyam di atas disampaikan untuk menjelaskan tanda muqaddarah ini.

Definisi i‘rab taqdiri

Yang dimaksud dengan i‘rab taqdiri adalah tanda-tanda i‘rab berupa dhammah, fathah, atau kasrah yang tidak tampak pada huruf terakhir lafaz yang mu‘rab, karena adanya penghalang tertentu.

Ibnu Hisyam rahimahullah menjelaskan bahwa lafaz-lafaz yang tanda i‘rab-nya disembunyikan terbagi menjadi lima jenis.

Macam-macam i‘rab taqdiri

Pertama, isim yang di-mudhaf-kan kepada yaa’ mutakallim

Apabila sebuah isim di-mudhaf-kan kepada yaa’ mutakallim, maka seluruh tanda i‘rab pada isim tersebut menjadi muqaddarah. Disembunyikannya tanda i‘rab bukan karena huruf terakhir tidak bisa menerima harakat, tetapi karena bersambung dengan yaa’ mutakallim.

Contoh marfu‘:

كِتَابِي جَدِيدٌ

“Bukuku baru.”

Kata كِتَابِي adalah mubtada’ marfu‘ dengan tanda dhammah muqaddarah, karena ia mudhaf kepada Yaa’ Mutakallim.

Contoh manshub:

حَفِظْتُ كِتَابِي مِنَ الضِّيَاعِ

“Aku menjaga bukuku agar tidak rusak.”

Kata كِتَابِي adalah maf‘ūl bih manshub dengan tanda fathah muqaddarah.

Contoh majrur:

نَقَلْتُ مِنْ كِتَابِي

“Aku menukil dari bukuku.”

Kata كِتَابِي  adalah isim majrur dengan tanda kasrah muqaddarah.

Sebagian ulama menyatakan kasrah tersebut zahir, namun ulama lain berpendapat bahwa kasrah itu muqaddarah, karena kasrah tersebut bukan tanda asli, melainkan penyesuaian dengan huruf mad setelahnya. Pendapat ini dimaksudkan agar seluruh isim yang mudhaf kepada Yaa’ Mutakallim memiliki tanda i‘rab muqaddarah secara konsisten.

Kedua, isim maqsur

Isim maqsur adalah isim mu‘rab yang berakhir dengan alif lazimah. Seluruh tanda i‘rab pada isim ini bersifat muqaddarah, karena alif merupakan huruf mad dan tidak dapat menerima harakat (at-ta‘adzdzur).

Contoh marfu‘ adalah: 

رِضَا الْوَالِدَيْنِ سَعَادَةٌ لِلْوَلَد

“Keridaan kedua orang tua merupakan kebahagiaan bagi seorang anak.”

Kata رِضَا adalah mubtada’ marfu‘ dengan tanda dhammah muqaddarah.

Contoh manshub:

لَا تَتَّبِعِ الْهَوَى 

“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.”

Kata الْهَوَى adalah maf‘ūl bih manshub dengan tanda fathah muqaddarah.

Contoh majrur: 

الْحِمْيَةُ نَافِعَةٌ لِلْمَرْضَى

“Diet bermanfaat bagi orang sakit.”

Kata مَرْضَى adalah isim majrur dengan tanda kasrah muqaddarah.

Semua isim maqsur, baik marfu‘, manshub, maupun majrur, selalu bertanda muqaddarah.

Ketiga, isim manqush

Isim manqush adalah isim mu‘rab yang diakhiri huruf yaa’ asli tanpa tasydid, dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah, seperti:

 القاضي

“Hakim” 

 الساعي

“Orang yang berjalan”

  الداني

“Yang dekat”

Pada isim manqush, dhammah dan kasrah dilesapkan karena ats-tsiql (beratnya pengucapan).

Contoh marfu‘:

السَّاعِي لِلْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ

“Orang yang berusaha berbuat kebaikan seperti orang yang telah melakukannya.”

Kata السَّاعِي adalah mubtada’ marfu‘ dengan tanda dhammah muqaddarah.

Contoh majrur: 

عَلَى الْبَاغِي تَدُورُ الدَّوَائِرُ

Kata الْبَاغِي adalah isim majrur dengan tanda kasrah muqaddarah, karena ats-tsiql.

Keempat, fi‘il mudhari’ mu‘tal akhir dengan alif

Fi‘il mudhari’ yang berakhir dengan alif memiliki tanda dhammah dan fathah muqaddarah, karena alif tidak dapat menerima harakat.

Contoh marfu’-nya adalah:

الْمُتَّقِي يَخْشَى رَبَّهُ

Kata يَخْشَى adalah fi‘il mudhari’ yang marfu‘ dengan tanda dhammah muqaddarah, karena at-ta‘adzdzur.

Contoh manshub: 

لَنْ يَرْضَى الْعَاقِلُ الْأَذَى

Kata يَرْضَى adalah fi‘il mudhari’ yang manshub dengan tanda fathah muqaddarah.

Kelima, fi‘il mudhari’ mu‘tal akhir dengan waw atau yaa’

Fi‘il mudhari’ yang berakhir dengan waw atau yaa’ memiliki tanda dhammah muqaddarah, karena ats-tsiql.

Contohnya adalah:

الْمُوَحِّدُ لَا يَدْعُو إِلَّا اللّٰهَ

Kata يَدْعُو marfu‘ dengan dhammah muqaddarah.

أَنْتَ تُرَبِّي أَوْلَادَكَ عَلَى الْفَضِيلَةِ

Kata تُرَبِّي marfu‘ dengan dhammah muqaddarah.

Namun, fathah ditampakkan, karena ringan diucapkan. Ibnu Hisyam rahimahullah mengatakan, 

 إِنَّ الْقَاضِيَ لَنْ يَقْضِيَ وَلَنْ يَدْعُوَ

“Sesungguhnya hakim itu tidak akan memutuskan dan tidak akan berdoa.”

Contoh: 

لَعَنَ رَسُولُ اللّٰهِ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ

Kata الرَّاشِيَ dan الْمُرْتَشِي manshub dengan fathah zahirah.

لَنْ تُعْطِيَ الْفَقِيرَ شَيْئًا إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهِ

Kata تُعْطِيَ manshub dengan fathah zahirah.

Kesimpulan

I‘rab taqdiri adalah i‘rab yang tanda-tandanya tidak tampak pada akhir kata karena adanya penghalang, baik berupa at-ta‘adzdzur maupun ats-tsiql.

Lafaz yang bertanda i‘rab taqdiri terbagi menjadi lima jenis:

1) Isim mudhaf kepada yaa’ mutakallim;

2) Isim maqsur;

3) Isim manqush;

4) Fi‘il mudhari’ mu‘tal akhir dengan alif;

5) Fi‘il mudhari’ mu‘tal akhir dengan waw atau yaa’.

Pembahasan ini menunjukkan ketelitian sistem i‘rab bahasa Arab, di mana perubahan tanda sangat dipengaruhi oleh bentuk huruf terakhir dan kedudukan gramatikalnya.

[Bersambung]

KEMBALI KE BAGIAN 27

***

Penulis: Rafi Nugraha

Artikel Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/111129-penjelasan-kitab-tajilun-nada-bag-28.html